A. KEUTAMAAN TAUHID
1. Allah Subhanahu wata'ala
berfirman:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am: 82)
Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan, "Ketika ayat ini turun, banyak umat Islam yang merasa sedih dan berat. Mereka berkata siapa di antara kita yang tidak berlaku zhalim kepada dirinya sendiri? Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam menjawab:
"Yang dimaksud bukan (kezhaliman) itu, tetapi syirik. Belumkah kalian mendengar nasihat Luqman kepada puteranya, "Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah (syirik) benar-benar suatu kezhaliman yang besar" (Luqman: 13) (Mutafaq Alaih)
Ayat ini memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengesakan Allah. Orang-orang yang tidak mencampur adukkan antara keimanan dengan syirik. Serta menjauhi segala bentuk perbuatan syirik. Sungguh mereka akan mendapatkan keamanan yang sempurna dari siksaan Allah di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk di dunia.
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am: 82)
Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan, "Ketika ayat ini turun, banyak umat Islam yang merasa sedih dan berat. Mereka berkata siapa di antara kita yang tidak berlaku zhalim kepada dirinya sendiri? Lalu Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam menjawab:
"Yang dimaksud bukan (kezhaliman) itu, tetapi syirik. Belumkah kalian mendengar nasihat Luqman kepada puteranya, "Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah (syirik) benar-benar suatu kezhaliman yang besar" (Luqman: 13) (Mutafaq Alaih)
Ayat ini memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengesakan Allah. Orang-orang yang tidak mencampur adukkan antara keimanan dengan syirik. Serta menjauhi segala bentuk perbuatan syirik. Sungguh mereka akan mendapatkan keamanan yang sempurna dari siksaan Allah di akhirat. Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk di dunia.
2. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang. Cabang yang paling utama adalah 'Laa Ilaaha Illallah'dan cabang paling rendah adalah menyingkirkan kotoran dari jalan." (HR. Muslim)
"Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang. Cabang yang paling utama adalah 'Laa Ilaaha Illallah'dan cabang paling rendah adalah menyingkirkan kotoran dari jalan." (HR. Muslim)
B. TAUHID PENGANTAR BAHAGIA
DAN PELEBUR DOSA
Dalam kitab Dalilul Muslim fil I'tiqaadi wat
Tathhiir karya Syaikh Abdullah Khayyath dijelaskan, "Dengan
kemanusiaan dan ketidakmaksumannya, setiap manusia berkemungkinan terpeleset,
terjerumus dalam maksiat kepada Allah."
Jika dia adalah seorang ahli tauhid yang murni dari
kotoran-kotoran syirik maka tauhidnya kepada Allah, serta ikhlasnya dalam
mengucapkan "Laa ilaaha illallah" menjadi penyebab utama bagi
kebahagiaan dirinya, serta menjadi penyebab bagi penghapusan dosa-dosa dan
kejahatannya. Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam :
"Barangsiapa bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu
bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan utusanNya, dan kalimatNya yang
disampaikanNya kepada Maryam serta ruh daripadaNya, dan (bersaksi pula bahwa)
Surga adalah benar adanya dan Neraka pun benar adanya maka Allah pasti
memasukkannya ke dalam Surga, apapun amal yang diperbuatnya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Maksudnya, segenap persaksian yang dilakukan oleh
seorang muslim sebagaimana terkandung dalam hadits di atas mewajibkan dirinya
masuk Surga, tempat segala kenikmatan. Sekalipun dalam sebagian amal perbuatannya
terdapat dosa dan maksiat. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits qudsi,
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
"Hai anak Adam,
seandainya engkau datang kepadaKu dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau
ketika menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu sedikitpun, niscaya Aku
berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula." (HR.
At-Tirmidzi dan Adh-Dhayya', hadits hasan)
Maknanya, seandainya engkau datang kepadaKu dengan
dosa dan maksiat yang banyaknya hampir sepenuh bumi, tetapi engkau meninggal
dalam keadaan bertauhid, niscaya aku ampuni segala dosa-dosamu itu.
Dalam hadits lain disebutkan:
"Barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun, niscaya akan masuk Surga. Dan barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) berbuat syirik kepada Allah, niscaya akan masuk Neraka." (HR. Muslim)
"Barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun, niscaya akan masuk Surga. Dan barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) berbuat syirik kepada Allah, niscaya akan masuk Neraka." (HR. Muslim)
Hadits-hadits di atas menegaskan tentang keutamaan
tauhid. Tauhid merupakan faktor terpenting bagi kebahagiaan seorang hamba.
Tauhid juga merupakan sarana yang paling agung untuk melebur dosa-dosa dan
maksiat.
C. MANFAAT TAUHID
Jika tauhid yang murni terealisasi dalam hidup
seseorang, baik secara pribadi maupun jama'ah, niscaya akan menghasilkan buah
yang amat manis. Di antara buah yang didapat
adalah:
1.
Memerdekakan
manusia dari perbudakan serta tunduk kepada selain Allah, baik benda-benda atau
makhluk lainnya:
Semua makhluk adalah ciptaan Allah. Mereka tidak kuasa untuk menciptakan, bahkan keberadaan mereka karena diciptakan. Mereka tidak bisa memberi manfaat atau bahaya kepada dirinya sendiri. Tidak mampu mematikan, menghidupkan atau membangkitkan.
Tauhid memerdekakan manusia dari segala perbudakan dan penghambaan kecuali kepada Tuhan yang menciptakan dan membuat dirinya dalam bentuk yang sempurna. Memerdekakan hati dari tunduk, menyerah dan menghinakan diri. Memerdekakan hidup dari kekuasaan para Fir'aun, pendeta dan dukun yang menuhankan diri atas hamba-hamba Allah.
Karena itu, para pembesar kaum musyrikin dan thaghut-thaghut jahiliyah menentang keras dakwah para nabi, khususnya dakwah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam . Sebab mereka mengetahui makna laa ilaaha illallah sebagai suatu permakluman umum bagi kemerdekaan manusia. Ia akan menggulingkan para penguasa yang zhalim dan angkuh dari singgasana dustanya, serta meninggikan derajat orang-orang beriman yang tidak bersujud kecuali kepada Tuhan semesta alam.
Semua makhluk adalah ciptaan Allah. Mereka tidak kuasa untuk menciptakan, bahkan keberadaan mereka karena diciptakan. Mereka tidak bisa memberi manfaat atau bahaya kepada dirinya sendiri. Tidak mampu mematikan, menghidupkan atau membangkitkan.
Tauhid memerdekakan manusia dari segala perbudakan dan penghambaan kecuali kepada Tuhan yang menciptakan dan membuat dirinya dalam bentuk yang sempurna. Memerdekakan hati dari tunduk, menyerah dan menghinakan diri. Memerdekakan hidup dari kekuasaan para Fir'aun, pendeta dan dukun yang menuhankan diri atas hamba-hamba Allah.
Karena itu, para pembesar kaum musyrikin dan thaghut-thaghut jahiliyah menentang keras dakwah para nabi, khususnya dakwah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam . Sebab mereka mengetahui makna laa ilaaha illallah sebagai suatu permakluman umum bagi kemerdekaan manusia. Ia akan menggulingkan para penguasa yang zhalim dan angkuh dari singgasana dustanya, serta meninggikan derajat orang-orang beriman yang tidak bersujud kecuali kepada Tuhan semesta alam.
2.
Membentuk
kepribadian yang kokoh:
Tauhid membantu dalam pembentukan kepribadian yang kokoh. Ia menjadikan hidup dan pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa. Arah hidupnya jelas, tidak mempercayai Tuhan kecuali hanya kepada Allah. KepadaNya ia menghadap, baik dalam kesendirian atau ditengah keramaian orang. Ia berdo'a kepadaNya dalam keadaan sempit atau lapang.
Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menghadap dan menyembah kepada orang hidup, pada saat lain ia menghadap kepada orang yang mati.
Sehubungan dengan ini, Nabi Yusuf Alaihissalam berkata:
"Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa?" (Yusuf: 39)
Orang mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridha dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuatNya ridha, sehingga hatinya tenteram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkannya ke kanan, sedang tuhan lainnya menginginkannya ke kiri. Ia terombang-ambing di antara tuhan-tuhan itu, tidak memiliki prinsip dan keteapan.
Tauhid membantu dalam pembentukan kepribadian yang kokoh. Ia menjadikan hidup dan pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa. Arah hidupnya jelas, tidak mempercayai Tuhan kecuali hanya kepada Allah. KepadaNya ia menghadap, baik dalam kesendirian atau ditengah keramaian orang. Ia berdo'a kepadaNya dalam keadaan sempit atau lapang.
Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menghadap dan menyembah kepada orang hidup, pada saat lain ia menghadap kepada orang yang mati.
Sehubungan dengan ini, Nabi Yusuf Alaihissalam berkata:
"Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa?" (Yusuf: 39)
Orang mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridha dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuatNya ridha, sehingga hatinya tenteram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkannya ke kanan, sedang tuhan lainnya menginginkannya ke kiri. Ia terombang-ambing di antara tuhan-tuhan itu, tidak memiliki prinsip dan keteapan.
3.
Tauhid sumber
keamanan manusia:
Sebab tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan. Tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan lainnya menjadi sirna. Seorang mukmin yang mengesakan Allah hanya takut kepada satu, yaitu Allah. Karena itu, ia merasa aman ketika manusia ketakutan, serta merasa tenang ketika mereka kalut.
Hal itu diisyaratkan oleh Al-Qur'an dalam firmanNya:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am: 82)
Keamaan ini bersumber dari dalam jiwa, bukan oleh penjaga-penjaga polisi atau pihak keamanan lainnya. Dan keamanan yang dimaksud adalah keamanan dunia. Adapun keamanan akhirat maka lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan.
Yang demikian itu mereka peroleh, sebab mereka mengesakan Allah, mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dan tidak mencampuradukkan tauhid mereka dengan syirik, karena mereka mengetahui, syirik adalah kazhaliman yang besar.
Sebab tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan. Tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan lainnya menjadi sirna. Seorang mukmin yang mengesakan Allah hanya takut kepada satu, yaitu Allah. Karena itu, ia merasa aman ketika manusia ketakutan, serta merasa tenang ketika mereka kalut.
Hal itu diisyaratkan oleh Al-Qur'an dalam firmanNya:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am: 82)
Keamaan ini bersumber dari dalam jiwa, bukan oleh penjaga-penjaga polisi atau pihak keamanan lainnya. Dan keamanan yang dimaksud adalah keamanan dunia. Adapun keamanan akhirat maka lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan.
Yang demikian itu mereka peroleh, sebab mereka mengesakan Allah, mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dan tidak mencampuradukkan tauhid mereka dengan syirik, karena mereka mengetahui, syirik adalah kazhaliman yang besar.
4.
Tauhid sumber
kekuatan jiwa:
Tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya, karena jiwanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakkal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan)Nya, sabar atas musibahNya, serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya. Jiwanya kokoh seperti gunung. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati. Syi'ar dan semboyannya adalah sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :
"Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Dan firman Allah Subhanahu wata'ala :
"Jika Allah menimpakan kemudharatan kepadamu maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri." (Al-An'am: 17)
Tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya, karena jiwanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakkal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan)Nya, sabar atas musibahNya, serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya. Jiwanya kokoh seperti gunung. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati. Syi'ar dan semboyannya adalah sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :
"Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih)
Dan firman Allah Subhanahu wata'ala :
"Jika Allah menimpakan kemudharatan kepadamu maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri." (Al-An'am: 17)
5.
Tauhid dasar
persaudaraan dan persamaan:
Tauhid tidak membolehkan pengikutnya mengambil tuhan-tuhan selain Allah di antara sesama mereka. Sifat ketuhanan hanya milik Allah satu-satunya dan semua manusia wajib beribadah kepadaNya. Segenap manusia adalah hamba Allah, dan yang paling mulia di antara mereka adalah Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.
Tauhid tidak membolehkan pengikutnya mengambil tuhan-tuhan selain Allah di antara sesama mereka. Sifat ketuhanan hanya milik Allah satu-satunya dan semua manusia wajib beribadah kepadaNya. Segenap manusia adalah hamba Allah, dan yang paling mulia di antara mereka adalah Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.
D. MUSUH-MUSUH TAUHID
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
"Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh. Yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia)." (Al-An'am: 112)
Di antara hikmah dan kebijaksanaan Allah adalah
menjadikan bagi para nabi dan du'at tauhid musuh-musuh dari jenis
setan-setan jin yang membisikkan kesesatan, kejahatan dan kebatilan kepada
setan-setan dari jenis manusia. Hal itu untuk menyesatkan dan menghalangi
mereka dari tauhid yang merupakan dakwah utama dan pertama para nabi kepada
kaumnya.
Sebab tauhid merupakan asas penting yang di atasnya
dibangun dakwah Islam. Anehnya, sebagian orang berasumsi, dakwah kepada tauhid
hanya akan memecah belah umat. Padahal justru sebaliknya, tauhid akan
mempersatukan umat. Sungguh namanya saja (tauhid berarti mengesakan,
mempersatukan) menunjukkan hal itu.
Adapun orang-orang musyrik yang mengakui tauhid rububiyah,
dan bahwa Allah pencipta mereka, mereka mengingkari tauhid uluhiyah
dalam berdo'a kepada Allah semata, dengan tidak mau meninggalkan berdo'a kepada
wali-wali mereka. Kepada Rasulullah yang mengajak mereka mengesakan Allah dalam
ibadah dan do'a, mereka berkata:
"Mengapa
dia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan." (Shaad: 5)
Tentang umat-umat terdahulu Allah berfirman:
"Demikianlah
tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka,
melainkan mereka mengata-kan, 'Dia itu adalah seorang tukang sihir atau orang
gila.' Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya
mereka adalah kaum yang melampaui batas," (Adz-Dzaariyaat:
52-53)
Di antara sifat kaum musyrikin adalah jika mereka
mendengar seruan kepada Allah semata, hati mereka menjadi kesal dan melarikan
diri, mereka kufur dan mengingkarinya. Tetapi jika mendengar syirik dan seruan
kepada selain Allah, mereka senang dan berseri-seri. Allah menyifati
orang-orang musyrik itu dengan firmanNya:
"Dan
apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang
tidak beriman kepada kehidupan akhirat, dan apabila nama sesembahan selain
Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati." (Az-Zumar: 45)
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
"Yang
demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja yang disembah. Dan
kamu percaya apabila Allah diperseku-tukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah
pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar," (Ghaafir:
12)
Ayat-ayat di atas meski ditujukan kepada
orang-orang kafir, tetapi bisa juga berlaku bagi setiap orang yang memiliki
sifat seperti orang-orang kafir. Misalnya mereka yang mendakwahkan dirinya
sebagai orang Islam, tetapi memerangi dan memusuhi seruan tauhid, membuat
fitnah dusta kepada mereka, bahkan memberi mereka julukan-julukan yang buruk.
Hal itu dimaksudkan untuk menghalangi manusia menerima dakwah mereka, serta
menjauhkan manusia dari tauhid yang karena itu Allah mengutus para rasul.
Termasuk dalam golongan ini adalah orang-orang yang
jika mendengar do'a kepada Allah hatinya tidak khusyu'. Tetapi jika mendengar
do'a kepada selain Allah, seperti meminta pertolongan kepada rasul atau para
wali, hati mereka menjadi khusyu' dan senang. Sungguh alangkah buruk apa yang
mereka kerjakan.
MACAM-MACAM TAUHID
Tauhid adalah mengesakan Allah Subhanahu wata'ala
dengan beribadah kepadaNya semata. Ibadah merupakan tujuan penciptaan alam
semesta ini. Allah Subhanahu wata'ala berfirman,
"Dan
Aku (Allah) tidah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu." (Adz-Dzaariyaat: 56)
Maksudnya, agar manusia dan jin mengesakan Allah
Subhanahu wata'ala dalam beribadah dan mengkhususkan kepadaNya dalam berdo'a.
Tauhid berdasarkan Al-Qur'anul Karim ada tiga
macam:
1.
TAUHID RUBUBIYAH
Yaitu pengakuan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala adalah Tuhan dan Maha Pencipta. Orang-orang kafir pun mengakui macam tauhid ini. Tetapi pengakuan tersebut tidak menjadikan mereka tergolong sebagai orang Islam. Allah Subhanahu wata'ala berfirman,
Yaitu pengakuan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala adalah Tuhan dan Maha Pencipta. Orang-orang kafir pun mengakui macam tauhid ini. Tetapi pengakuan tersebut tidak menjadikan mereka tergolong sebagai orang Islam. Allah Subhanahu wata'ala berfirman,
"Dan
sungguh, jika Kamu bertanya kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan mereka',
niscaya mereka menjawab,'Allah'." (Az-Zukhruf:
87)
Berbeda dengan orang-orang komunis, mereka mengingkari keberadaan Tuhan. Dengan demikian, mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah.
Berbeda dengan orang-orang komunis, mereka mengingkari keberadaan Tuhan. Dengan demikian, mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah.
2.
TAUHID ULUHIYAH
Yaitu mengesakan Allah Subhanahu wata'ala dengan melakukan berbagai macam ibadah yang disyari'atkan. Seperti berdo'a, memohon pertolongan kepada Allah, thawaf, menyembelih binatang kurban, bernadzar dan berbagai ibadah lainnya.
Macam tauhid inilah yang diingkari oleh orang-orang kafir. Dan ia pula yang menjadi sebab perseteruan dan pertentangan antara umat-umat terdahulu dengan para rasul mereka, sejak Nabi Nuh alaihissalam hingga diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam.
Dalam banyak suratnya, Al-Qur'anul Karim sering memberikan anjuran soal tauhid uluhiyah ini. Di antaranya, agar setiap muslim berdo'a dan meminta hajat khusus kepada Allah semata.
Dalam surat Al-Fatihah misalnya, Allah berfirman,
"Hanya Kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah Kami memohon pertolongan." (Al-Fatihah: 5)
Maksudnya, khusus kepadaMu (ya Allah) kami beribadah, hanya kepadaMu semata kami berdo'a dan kami sama sekali tidak memohon pertolongan kepada selainMu.
Tauhid uluhiyah ini mencakup masalah berdo'a semata-mata hanya kepada Allah, mengambil hukum dari Al-Qur'an, dan tunduk berhukum kepada syari'at Allah. Semua itu terangkum dalam firman Allah,
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku maka sembahlah Aku." (Thaha: 14)
Yaitu mengesakan Allah Subhanahu wata'ala dengan melakukan berbagai macam ibadah yang disyari'atkan. Seperti berdo'a, memohon pertolongan kepada Allah, thawaf, menyembelih binatang kurban, bernadzar dan berbagai ibadah lainnya.
Macam tauhid inilah yang diingkari oleh orang-orang kafir. Dan ia pula yang menjadi sebab perseteruan dan pertentangan antara umat-umat terdahulu dengan para rasul mereka, sejak Nabi Nuh alaihissalam hingga diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam.
Dalam banyak suratnya, Al-Qur'anul Karim sering memberikan anjuran soal tauhid uluhiyah ini. Di antaranya, agar setiap muslim berdo'a dan meminta hajat khusus kepada Allah semata.
Dalam surat Al-Fatihah misalnya, Allah berfirman,
"Hanya Kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah Kami memohon pertolongan." (Al-Fatihah: 5)
Maksudnya, khusus kepadaMu (ya Allah) kami beribadah, hanya kepadaMu semata kami berdo'a dan kami sama sekali tidak memohon pertolongan kepada selainMu.
Tauhid uluhiyah ini mencakup masalah berdo'a semata-mata hanya kepada Allah, mengambil hukum dari Al-Qur'an, dan tunduk berhukum kepada syari'at Allah. Semua itu terangkum dalam firman Allah,
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku maka sembahlah Aku." (Thaha: 14)
3.
TAUHID ASMA' WA SHIFAT
Yaitu beriman terhadap segala apa yang terkandung dalam Al-Qur'anul Karim dan hadits shahih tentang sifat-sifat Allah yang berasal dari penyifatan Allah atas DzatNya atau penyifatan Rasulullah Subhanahu wata'ala.
Beriman kepada sifat-sifat Allah tersebut harus secara benar, tanpa ta'wil (penafsiran), tahrif (penyimpangan), takyif (visualisasi, penggambaran), ta'thil (pembatalan, penafian), tamtsil (penyerupaan), tafwidh (penyerahan, seperti yang.banyak dipahami oleh manusia) .
Misalnya tentang sifat al-istiwa ' (bersemayam di atas), an-nuzul (turun), al-yad (tangan), al-maji' (kedatangan) dan sifat-sifat lainnya, kita menerangkan semua sifat-sifat itu sesuai dengan keterangan ulama salaf. Al-istiwa' misalnya, menurut keterangan para tabi'in sebagaimana yang ada dalam Shahih Bukhari berarti al-'uluw wal irtifa' (tinggi dan berada di atas) sesuai dengan kebesaran dan keagungan Allah Shallallahu'alaihi wasallam. Allah berfirman,
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syuura: 11)
Maksud beriman kepada sifat-sifat Allah secara benar adalah dengan tanpa hal-hal berikut ini:
Yaitu beriman terhadap segala apa yang terkandung dalam Al-Qur'anul Karim dan hadits shahih tentang sifat-sifat Allah yang berasal dari penyifatan Allah atas DzatNya atau penyifatan Rasulullah Subhanahu wata'ala.
Beriman kepada sifat-sifat Allah tersebut harus secara benar, tanpa ta'wil (penafsiran), tahrif (penyimpangan), takyif (visualisasi, penggambaran), ta'thil (pembatalan, penafian), tamtsil (penyerupaan), tafwidh (penyerahan, seperti yang.banyak dipahami oleh manusia) .
Misalnya tentang sifat al-istiwa ' (bersemayam di atas), an-nuzul (turun), al-yad (tangan), al-maji' (kedatangan) dan sifat-sifat lainnya, kita menerangkan semua sifat-sifat itu sesuai dengan keterangan ulama salaf. Al-istiwa' misalnya, menurut keterangan para tabi'in sebagaimana yang ada dalam Shahih Bukhari berarti al-'uluw wal irtifa' (tinggi dan berada di atas) sesuai dengan kebesaran dan keagungan Allah Shallallahu'alaihi wasallam. Allah berfirman,
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (Asy-Syuura: 11)
Maksud beriman kepada sifat-sifat Allah secara benar adalah dengan tanpa hal-hal berikut ini:
1.
Tahrif (penyimpangan):
Memalingkan dan menyimpangkan zhahirnya (makna yang jelas tertangkap) ayat dan
hadits-hadits shahih pada makna lain yang batil dan salah. Seperti istawa (bersemayam di tempat yang tinggi) diartikan istaula
(menguasai).
2.
Ta'thil (pembatalan,
penafian): Mengingkari sifat-sifat Allah dan menafikannya. Seperti Allah berada
di atas langit, sebagian kelompok yang sesat mengatakan bahwa Allah berada di
setiap tempat.
3.
Takyif (visualisasi,
penggambaran): Menvisualisasikan sifat-sifat Allah. Misalnya dengan
menggambarkan bahwa bersemayamnya Allah di atas 'Arsy itu begini dan begini.
Bersemayamnya Allah di atas 'Arsy tidak serupa dengan bersemayamnya para
makhluk, dan tak seorang pun yang mengetahui gambarannya kecuali Allah semata.
4.
Tamtsil (penyerupaan):
Menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhlukNya. Karena itu kita
tidak boleh mengatakan, "Allah turun ke langit, sebagaimana turun kami
ini". Hadits tentang nuzul-nya Allah (turunnya Allah) ada dalam riwayat
Imam Muslim.
Sebagian orang menisbatkan tasybih (penyerupaan) nuzul ini kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ini adalah bohong besar. Kami tidak menemukan keterangan tersebut dalam kitab-kitab beliau, justru sebaliknya, yang kami temukan adalah pendapat beliau yang menafikan tamtsil dan tasybih.
Sebagian orang menisbatkan tasybih (penyerupaan) nuzul ini kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ini adalah bohong besar. Kami tidak menemukan keterangan tersebut dalam kitab-kitab beliau, justru sebaliknya, yang kami temukan adalah pendapat beliau yang menafikan tamtsil dan tasybih.
5.
Tafwidh (penyerahan):
Menurut ulama salaf, tafwidh hanya pada al-kaif (hal, keadaan) tidak pada
maknanya. Al-Istiwa' misalnya berarti al-'uluw (ketinggian), yang tak seorang
pun mengetahui bagaimana dan seberapa ketinggian tersebut kecuali hanya Allah.
Tafwidh (penyerahan): Menurut Mufawwidhah (orang-orang yang menganut paham
tafwidh) adalah dalam masalah keadaan dan makna secara bersamaan. Pendapat ini
bertentangan dengan apa yang diterangkan oleh ulama salaf seperti Ummu Salamah,
Rabi'ah guru besar Imam Malik dan Imam Malik sendiri. Mereka semua sependapat
bahwa, "Istiwa' (bersemayam di atas) itu jelas pengertiannya, bagaimana
cara/keadaannya itu tidak diketahui, iman kepadanya adalah wajib dan bertanya
tentangnya adalah bid'ah."
0 komentar:
Posting Komentar